MAGELANG - Perajin sapu di Dusun Batikan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang membuat sebuah kerajinan tangan yang dijadikan hiasan. Uniknya kerajinan itu juga berbahan baku sama dengan sapu.
Di sebuah bangunan rumah kecil, usaha yang diberi nama 'Fahrudin Sapu' berproses. Selain membuat sapu lantai, pemilik usaha bernama Fahrudin juga membuat kerajian tangan yang sering dijadikan hiasan dinding atau ornamen rumah.Pria kelahiran 1979 ini mengaku hanya sendiri membuat sapu dan sudah dilakoni sejak kecil.Usaha sapu turun temurun. Kalau kerajian tangan yang dijadikan hiasan dinding atau ornamen ini ya sekitar tiga tahunan, " kata Fahrudin saat ditemui, Senin (19/7/2021).
Sudah menjadi tradisi, kerajinan sapu menjadi andalan ekonomi warga di sekitar tempat tinggal Fahrudin. Siapa sangka hasil karya tangannya yang jadi hiasan dinding ini banyak diminati sampai ke luar negeri.
Menurutnya, hiasan dinding berbahan sapi ini biasanya diambil oleh perusahaan eksportir kemudian dijual ke luar negeri.Ada juga yang saya kirim sendiri sampai luar daerah seperti Bali, Jakarta, Solo, Klaten dan Jogja, " ungkapnya.
Di sebuah ruangan produksinya, tampak beraneka ragam jenis kerajinan tangan berbahan baku sama seperti sapu. Ada yang berbentung lingkaran, setengah lingkaran, model pohon dan banyak lagi.
Fahrudin mengaku dalam dua minggu dirinya hanya mampu membeli bahan baku sapu yang namanya Rayung atau glonggong sekitar 80-100 kg yang dipasok dari Purbalingga. Sedangkan bahan baku lain seperti bambu cendani berasal dari wilayah Magelang saja.
Ia mengaku untuk membuat hiasan dinding ini membutuhkan ketelatenan. Satu hiasan dinding itu prosesnya tergantung pola yang diinginkan. Terkadang satu buah hiasan dinding antara 2-4 jam, soalnya rumit beda sama dengan sapu, " paparnya.
Terkait harga, bapak tiga anak ini mengaku bervariasi namun relatif murah Rp15.000 sampai Rp150 ribu per buah, tergantung model, bahan baku dan waktu pengerjaan berapa banyak dan berapa lama.
Sementara produksi sapu lantai yang dibuat Fahrudin bisa dikatakan berbeda pada umumnya karena jenis ikatan dan bentuk pangkal sapu. Harga jual sapu Fahrudin sekitar Rp11.000 sampai Rp30.000.
Fahrudin juga mengaku ingin membuka sebuah toko cinderamata sendiri untuk lebih memasarkan hiasan dinding produksinya. Hanya saja Ia mengaku masih kewalahan karena mengerjakan sendiri dan terkendala modal.
Fahrudin mengaku sudah sering mengajak beberapa warga untuk membuat hiasan dinding, tetapi mencoba sekali dua kali berhenti karena mengaku terlalu rumit. Padahal menurutnya kerumitan itulah yang menunjukan nilai seni dan meningkatkan harganya.
Selain rayung atau glondong, Fahrudin juga sering memanfaatkan bahan baku alang-alang, enceng gondok bahkan gagang bunga rayung itu sendiri. Untuk perawatan tidak usah khawatir, asal ruyung atau bahan sapu itu kering dan tidak basah pasti awet, " tandasnya.
Sumber : Humas Pemkab
Editor : Agung Sty Jurnalis.id